Semua
pengamat politik, penggiat demokrasi, aktifis sosial dan masyarakat umum di
Indonesia semua sepakat bahwa Gus Dur adalah salah satu sosok bapak dan guru
bangsa yang sangat demokrat, selalu membela kepentingan orang atau kelompok
yang diperlakukan dengan tidak adil dan selalu jujur serta berani terus
konsisten terhadap sikap-sikapnya ini. Sejak zaman orde baru sampai dengan
sekarang, Gus Dur masih merupakan salah satu dari beberapa gelintir tokoh yang
sikapnya sama sekali tidak mengalami deviasi yang diakibatkan oleh euphoria kebebasan
masa reformasi dan berbagai kemudahan termasuk iming-iming berbagai fasilitas,
uang dan kekuasaan bagi siapapun yang mau berkolaborasi dengan anasir jahat
orde baru yang sampai saat ini masih berkuasa di Indonesia.
Tetapi
saat ini, dinamika internal partai politik yang dikomandani oleh beliau (Gus
Dur) mengalami berbagai proses politik maka hampir semua pengamat, tokoh
politik, pengggiat demokrasi menjadi gamang dalam menilai sosok Gus Dur dan
perannya di sana. Bisa dikatakan hampir semua tokoh tersebut yang tadinya
begitu gigih berada di barisan depan dalam memberikan pendapat dan penilaian
mengenai langkah Gus Dur menjadi ragu-ragu dan bahkan cenderung menghakimi Gus Dur
sebagai tokoh yang tidak demokrat, tirani otoriter dan pengatur jalannya
oganisasi partai sesuai dengan keinginan pribadi Gus Dur sendiri, istilah
Jawa-nya “se-enak udele dhewek”.
Saya
ingin sampaikan bahwa mereka para pengamat, tokoh-tokoh NU dan berbagai orang
yang memberikan penilaian mengenai langkah Gus Dur itu sama sekali tidak benar.
Mereka menilai dinamika politik yang ada di PKB dengan ukuran nilai standard
konstitusi dan nilai demokrasi yang ada diluar PKB, bukan menggunakan nilai
demokrasi dan konstitusi standard PKB itu sendiri. Hampir semua dari pengamat
itu memberikan penilaian hanya berdasarkan asumsi-asumsi dan bukan melihat
nilai yuridis dan konstitusi internal PKB yang menyebabkan Gus Dur melakukan
langkah-langkah untuk menyelamatkan roda organisai PKB secara konstitusi di
dalam PKB.
Tanpa
membaca AD/ART dan aturan serta yuridis formal yang ada di PKB mereka
memberikan penilaian sehingga hasil dari penilaian tersebut menjadi cenderung
melenceng dan sama sekali tidak bisa dijadikan sebagai pijakan obyektif dari
perubahan sikap seorang Gus Dur. Hampir semua tulisan tersebut akhirnya
menyimpulkan sesuatu hal yang sesat karena berasal dari sesuatu asumsi yang
tidak berdasar konstitusi partai dan akhirnya menyesatkan opini publik bagi
sebagian masyarakat yang tidak hati-hati dalam memahami sebuah pengamatan
seorang pengamat politik.
Kalau
boleh saya memberikan gambaran yang lain untuk mempermudah kita memahami
langkah Gus Dur dalam dinamika politik di dalam PKB, maka saya akan menganggap
bahwa PKB itu seperti sebuah “Negara” dengan konstitusi dan nilai
histories serta yuridis tersendiri untuk mengawal proses demokrasi di dalam
internal negara-nya dan tentunya berbeda dengan “Negara” PDIP, PPP, Golkar
maupun PKS walaupun semuanya mengacu kepada nilai universal dari konstitusi
yang ada di Indonesia.
Kita
tidak bisa sebut Amerika tidak demokrasi karena pemilihan presidennya tidak
secara langsung rakyatnya yang memilih, kita tidak bisa sebut Rusia dan
Timor-Timur sebagai negara tidak demokratis karena pemimpin negaranya bisa
bertukar posisi antara presiden dan perdana menterinya. Kita juga tidak bisa
menyebut Inggris tidak demokrasi karena ratunya menjabat sebagai pemimpin
negara sampai mati. Dengan demikian, ukuran demokrasi yang ada dalam negara tidak
bisa dinilai oleh ukuran demokrasi negara lain, bahkan badan dunia seperti PBB
juga tidak bisa menilai dengan ukuran mereka. Yang bisa menilai bahwa Amerika,
Rusia, Inggris, China dan berbagai negara lain bahwa negaranya demokrasi atau
tidak adalah rakyatnya sendiri. Jadi selama rakyat masing-masing negara
tersebut sepakat dengan konstitusi yang ada dalam negara tersebut dan tidak ada
satu pihak manapun yang melakukan kriminalisasi untuk memaksakan sesuatu nilai
demokrasi terhadap pihak yang lain, maka bisa dikatakan negara tersebut adalah
negara demokrasi sesuai dengan konstitusi dan nilai yang ada di negara tersebut
dan tentunya tidak menyimpang dari nilai-nilai universal.
Dari
penggambaran tersebut, maka kita bisa kembali menilai dinamika politik yang ada
di PKB dengan hati yang lebih jernih dan terbuka, dimana semuanya harus menilai
dengan ukuran nilai histories, yuridis dan konstitusi yang ada di PKB, bukan
dengan ukuran dan kacamata yang ada pada diri masing-masing pengamat politik
atau bahkan dengan nilai dan ukuran partai lain. Mari kita buka AD/ART partai,
pelajari sejarah dan nilai yurisdiksi yang ada dalam PKB, kemudian kita cek
rangkaian dinamika politik yang ada dalam PKB, lalu kita bisa simpulkan apakah
sosok Gus Dur sudah mengalami deviasi dari seorang demokrat menjadi tirani yang
otoriter dalam PKB? Mari kita cek bersama.
Dinamika
politik yang ada di PKB dimulai dari pelanggaran yang dilakukan oleh berbagai
personal dan kelompok baik di cabang, wilayah maupun pusat dan bisa saya
sampaikan itu selalu saja ada di partai manapun, dimana kepentingan pribadi dan
kelompoknya sering menyesatkan kader partai untuk melakukan penyimpangan dari
garis perjuangan partai yang telah disepakati, dari sana maka mulailah dewan
syuro DPP PKB dibawah kepemimpinan Gus Dur melakukan investigasi dan
penyelidikan serta adanya tahapan-tahapan rapat untuk melakukan konfirmasi dan
memberikan hak bagi yang dijadikan tersangka untuk melakukan pembelaan. Dari
sini saja jelas bahwa PKB dan Dewan Syuro telah melakukan proses demokrasi
dimana segala keputusan diputuskan melalui tingkatan proses yang demokratis
mulai dari penyelidikan, persidangan dan pembelaan bukan hanya keputusan
sepihak tanpa adanya tahapan serta dasar konstitusi dari sebuah keputusan
tersebut.
Dewan
Syuro sebagai pemegang amanah tertinggi harus mengawal nilai konstitusi yang
ada di PKB dengan tanpa kompromi dan pandang bulu, kalau di partai lain mungkin
masih banyak keputusan partai yang mengedepankan kompromi maka tidak dengan
PKB, PKB jelas nilai kontitusinya yaitu jujur dan membela yang benar sehingga
keputusan tegas dan berani itu harus dilaksanakan apapun risiko politik yang
akan terjadi itu harus dilaksanakan. Akhirnya terjadilah pemecatan kader dan
pembekuan berbagai pengurus yang tentu saja diawali proses demokrasi dalam
internal PKB. Ini hanya ujung saja, bukan akhir dari proses panjang yang
dijalani untuk mencapai hasil.
Sampai
saat ini sebenarnya ketua umum dewan tanfidz PKB Muhaimin Iskandar masih ikut
berperan dan sangat sadar mengenai nilai konstitusi yang ada di PKB ini.
Dinamika partai terus berjalan dan tampaknya internal partai akhirnya melihat
bahwa sang ketua umum dewan tanfidznya melakukan kesalahan-kesalahan sehingga
akhirnya dewan syuro sebagai pengemban amanat tertinggi di dalam partai harus
melakukan koreksi terhadap langkah dari dewan tanfidz maka mulailah ada proses
penyelidikan, teguran dan surat peringatan kemudian pada akhirnya ada keputusan
konstitusi dalam PKB untuk meminta ketua Dewan tanfidz untuk mundur.
Ini
harusnya juga dihormati oleh ketua umum dewan tanfidz karena dalam PKB setiap
pengurus adalah sama di depan konstitusi PKB dan jabatan adalah amanat bukan
warisan yang harus terus dipertahankan. Tetapi tampaknya Cak Imin khilaf
sehingga melakukan perlawanan konstitusi dan nilai demokrasi yang ada di PKB
dengan cara mengakali konstitusi yang ada di PKB, dimana dia menyelenggarakan
MLB tandingan dan merekrut para desertir kader partai. Menurut saya, perlawanan
tersebut akan sia-sia saja dan bahkan akan menambah nilai buruk dari para
desertir partai ini karena tidak mau menerima konstitusi yang dia ikut
merumuskan, apa kata dunia kalau dia yang merumuskan dia juga yang
mengkhianati?. Jadi dari sini jelas terlihat bukan siapa demokrat dan siapa
otoriter…? Kalau PKB sebuah “negara” betulan, pasti desertir PKB ini akan
dihukum berat tetapi beruntunglah PKB hanya partai politik sehingga desertir
PKB ini hanya dipersilakan untuk mencari partai lain yang nilai demokrasinya
sesuai dengan yang mereka harapkan.
Jadi
dari jabaran di atas jelas terlihat dan kalau bahasa Jawa-nya “cetho welo-welo”
bahwa Gus Dur masih seorang demokrat sejati dan tidak ada kompromi untuk sebuah
kebenaran. Hampir semua yang dipecat dalam PKB adalah kader terbaik yang pernah
ada di PKB dan juga didikan keras dan lama oleh Gus Dur tetapi sekali lagi
aturan dan konstitusi partai harus ditegakkan tanpa pandang bulu sehingga
resiko dan cost apapun akan beliau tempuh.
Dari
sini sudah jelas bukan apa yang ada dalam dinamika politik di PKB? Dengan kata
lain, kalau mau berfikir jernih tidak repot bukan untuk mengetahui apa yang
sebenarnya tejadi dalam PKB? Untuk sebuah kebenaran tidak pernah ada kompromi
PKB “selalu” maju tak gentar membela yang benar.